Tips Menggunakan Aplikasi Loom
Bagaimana aplikasi screencasting dan screen recording dapat dimanfaatkan untuk komunikasi di tim kamu!
Sebelum pandemi, apa yang kamu lakukan untuk me-review desain kamu bersama tim? Biasanya, kamu akan presentasi di kantor di depan stakeholders atau mengirimkan artefak desain dalam berbagai format (Figma, Sketch, atau yang lain) lalu dijelaskan dengan datang ke meja teman kerjamu.
Pada masa pandemi, kita jadi jarang bertemu, tetapi design review tetap harus jalan. Biasanya, tentu saja dengan meeting online melalui Zoom atau Google Meets. Tapi, apakah ini satu-satunya cara? Bayangkan skenario-skenario berikut:
Kita sudah walkthrough desain pada tim A dan B. Tapi ternyata ada tim C dan D yang harus di-briefing. Apakah kita harus mengulangi presentasi yang sama sampai empat kali?
Kita bekerja dengan tim di beda kota, atau beda negara. Mereka sering sibuk, atau mungkin waktunya tidak pas. Apakah kita terus mencari waktu bertemu padahal sudah habis waktu dua minggu?
Cara yang paling baik menurut saya adalah antara merekam sesi rapat dalam Zoom atau Google Meets, lalu didokumentasikan sebagai proses yang bisa dibagikan pada tim lain, atau mencoba satu tahap lebih maju: merekam walkthrough desain secara lebih detil, runut dan berkualitas.
Ada dua tools yang bisa kita gunakan di sini, yaitu Loom atau Monosnap (salah satu saja).
Loom adalah platform video messaging khusus untuk perusahaan di mana setiap orang bisa merekam dirinya sendiri menjabarkan apa yang ada di layarnya. Kelebihannya adalah sesi rekaman ini tidak perlu dalam format video call, kita bisa merekamnya kapan saja asal punya webcam. Setiap video yang direkam akan menampilkan thumbnail video wajah kita di sisi pinggir layar. Koleksi video ini dapat dikumpulkan di dashboard Loom dan dibagikan kapan saja, di mana saja. Menurut situs web-nya, kita dapat membagikan video Loom di Slack, Telegram, Whatsapp, dan bahkan di pesan singkat, karena formatnya sudah file video.
Monosnap adalah aplikasi untuk merekam layar sekaligus video diri kita melalui webcam dengan tujuan yang sama seperti Loom: membagikan video itu dan mengkomunikasikan apa yang ada di layar.
Bedanya dari Loom adalah Loom memiliki feature set yang lebih komplit seperti anotasi dan sketsa/coret-coret, dan punya dashboard yang lebih baik UX-nya. Monosnap juga awalnya adalah screen capture app, lalu berkembang menjadi video capture app.
Loom adalah opsi yang lebih mahal. Untuk yang ingin berhemat, Monosnap bisa menjadi pilihan, menurut saya kualitas akhirnya sama bagusnya.
Saya punya beberapa contoh rekaman tetapi karena terkait dengan rahasia perusahaan, belum bisa saya bagikan di sini, hehehe.
Menurut saya, Loom dan Monosnap sama bagusnya, dari segi kualitas akhir video. Namun ada beberapa pro dan kontra.
Loom
Pro
User experience yang optimal, mudah dan menyenangkan. Tersedia aplikasi desktop dan Chrome extension.
Kolaborasi tim yang lebih mudah karena dashboard-nya web-based berdasarkan akun.
Simple set up, dari onboarding sampai merekam video cuma 5 menit (buat saya)
Hasil video terekam rapi di cloud
Kontra
Mahal, sekitar 8 USD per bulan minimal. Jika kebutuhan tim terjustifikasi, mungkin bisa dipertimbangkan.
Untuk penggunaan di perusahaan korporat, mungkin ada masalah keamanan data, karena video disimpan di server Loom.
Monosnap
Pro
Lebih aman soal data, karena by default selalu disimpan di lokal.
Hasil video bagus, termasuk suaranya (tergantung mikrofon juga).
Gratis untuk basic use.
Kontra
Mungkin kurang scalable untuk tim yang lebih besar karena tidak ada web-based admin.
User experience-nya butuh waktu buat dipelajari.